Minggu, 30 September 2012

about mitosis

PEMBELAHAN MITOSIS
Mitosis dan meiosis merupakan bagian dari siklus sel dan hanya mencakup 5-
10% dari siklus sel. Persentase waktu yang besar dalam siklus sel terjadi pada
interfase. Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain
terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi
organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki
periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi,
sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom,
dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan
sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru
(G1). (campbell et all, 1999)
Mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi pada organisme eukariot.
Pembelahan sel secara mitosis terjadi pada jaringan somatik. Dalam pembelahan
mitosis ini, satu sel membelah menjadi dua sel yang sama persis. Pembelahan
mitosis terdiri atas pembelahan inti dan pembelahan sitoplasma. Pembelahan
mitosis ini di awali dengan pembelahan inti. Oleh karena itu, bila kita melihat
kumpulan sel yang sedang membelah, mungkin kita akan menemukan satu atau
beberapa sel yang mempunyai dua inti. Hal ini berarti sel telah selesai melakukan
pembelahan inti tetapi belum melakukan penbelahan sitoplasma.
Mitosis merupakan periode pembelahan sel yang berlangsung pada jaringan
titik tumbuh (meristem), seperti pada ujung akar atau pucuk tanaman. Proses
mitosis terjadi dalam empat fase, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase.
Fase mitosis tersebut terjadi pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat
perbedaan mendasar antara mitosis pada hewan dan tumbuhan. Pada hewan
terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat
telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah.
Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan
organ tubuh makhluk hidup. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan
semua sifat induk kepada kedua sel anaknya. Pewarisan sifat induk kepada kedua
sel anaknya terjadi secara bertahap fase demi fase. Fase-fase dalam pembelahan
mitosis adalah sebagai berikut:
Profase. Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi
dan dihasilkan dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan
bermigrasi ke sisi berlawanan dari inti. Pada saat bersamaan, mikrotubul muncul
diantara dua sentrosom dan membentuk benang-benang spindle, yang membentuk
seperti bola sepak. Pada sel hewan, mikrotubul lainnya menyebar yang kemudian
membentuk aster. Pada saat bersamaan, kromosom teramati dengan jelas, yaitu
terdiri dua kromatid identik yang terbentuk pada interfase. Dua kromatid identek
tersebut bergabung pada sentromernya. Benang-benang spindel terlihat
memanjang dari sentromer (Campbell et al. 1999).
Metafase. Masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masingmasing
kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor.
Sementara itu, kromatid bersaudara begerak ke bagian tengah inti membentuk
keping metafase (metaphasic plate) (Campbell et al. 1999).
Anafase. Masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan
masing-masing kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom
ditarik oleh benang kinetokor ke kutubnya masing-masing (Campbell et al. 1999).
Telofase. Ketika kromosom saudara sampai ke kutubnya masing-masing,
mulainya telofase. Kromosom saudara tampak tidak beraturan dan jika diwarnai,
terpulas kuat dengan pewarna histologi (Campbell et al. 1999).
Tahap berikutnya terlihat benang-benang spindle hilang dan kromosom tidak
terlihat (membentuk kromatin; difuse). Keadaan seperti ini merupakan
karakteristik dari interfase. Pada akhirnya membran inti tidak terlihat diantara dua
anak inti (Campbell et al. 1999).
Sitokinesis. Selama fase akhir pembelahan mitosis, muncul lekukan membran
sel dan lekukan makin dalam yang akhirnya membagi sel tetua menjadi dua sel
anak. Sitokinesis terjadi karena dibantu oleh protein aktin dan myosin (Campbell
et al. 1999).

laporan praktikum meiosis pada bunga bawang


LAPORAN PRAKTIKUM
MEIOSIS PADA BUNGA BAWANG



Di Susun oleh :
Kelompok 3
Tina Novasari                          1111016100046
Dessy Amalia                          1111016100062
Veronica Ribka Holia             1111016100066
Nor hidayati                            1111016100067
Tommy Hidayat                      1111016100082
Indah El Karim                       1111016100085


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012
A.    Tujuan
Setelah selesai melakukan pengamatan, mahasiswa diharapkan mampu :
1.  Menentukan tahapan meiosis yang terjadi selama mikrosporogenesis pada bunga bawang (Allium sp.).
2.  Membuat preparat meiosis dari anther dengan metode squash dan pewarnaan acetocarmine.
                       
B.     Dasar Teori
Perkembangan individu baru dimulai saat terjadi fertilisasi yaitu peleburan dua sel gamet yaitu ovum dengan spermatozoa. Gamet dihasilkan pada proses gametogenesis dari kedua induknya.  Selama gametogenesis terjadi pembelahan meiosis. Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi karena pengurangan jumlah kromosom dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). Proses meiosis terdiri atas dua pembelahan sel yang berurutan yaitu tahap meiosis I dan meiosis II tanpa diseling interfase.  Pembelahan meiosis ini memiliki sifat-sifat berikut:
1. Pembelahan berlangsung dua kali.
2. Jumlah sel anak yang dihasilkan adalah 4 buah.
3. Jumlah kromosom sel anak adalah setengah dari jumlah kromosom induk, yaitu n (haploid).
4. Sifat sel anak berbeda dengan sel induknya.
5. Terjadi pada sel kelamin (sel gamet).
6. Tujuan pembelahan meiosis yaitu agar generasi berikutnya mempunyai jumlah kromoson tetap.
(Sri Badiati, 2007)
Pembelahan meiosis lebih kompleks dibandingkan pembelahan mitosis, karena terjadi dua kali siklus pembelahan. Pada meiosis terjadi perpasangan kromosom homolog dan segregasi kromosom secara bebas. Meiosis dapat dipandang sebagai dua siklus yang amat termodifikasi dan berlangung secara berurutan. Dalam satu siklus meiosis terjadi satu kali replikasi DNA dan dua kali pembelahan sitoplasma sehingga akan dhasilkan empat produk haploid yang tak satu pun identik secara genetik.


 Pada proses pembelahan meiosis I terjadi beberapa tahap berikut:
a.            Tahap Profase 1
Tahap profase pada meiosis berbeda dengan mitosis, yaitu bahwa kromosom-kromosom homolog membentuk pasangan, yang dinamakan bivalen. Proses berpasangannya kromosom homolog dinamakan sinapsis. Kemudian setiap anggota bivalen membelah memanjang, sehingga terbentuklah 4 kromatid. Ke empat kromatid padad satu bivalen dinamakan tetrad. Selama sinapsis, dapat terjadi pindah silang (crossing over), yaitu peristiwa penukaran segmen dari kromatid-kromatid dalam sebuah tetrad. Pada tahap ini terjadi lima proses: (Priadi Arif, 2002)
1.      Leptoten
Leptoten merupakan tahap pengumpulan kromosom. Pada tahap ini terjadi proses-proses berikut:
a.       Kromonemata merenggang dan kelihatan sebagai benang-   benang halus. Kromomernya menjadi kelihatan dan serabutnya mungkin telah mengganda tetapi tidak kelihatan. Biasanya nukleolus dan selaput inti masih ada.
b.      Filamen protein mulai terbentuk secara lateral dan kemudian melekat pada sentromer.
                                             Gambar Tahap Leptoten





2.      Zigoten
Zigoten merupakan tahap kromosom memendek dan berpasangan (sinapsis). Pada tahap ini terjadi proses-proses berikut:
a.       Kromosom homolog saling tarik-menarik dan mulai berpasangan (sinapsis).
b.      Peristiwa ini merupakan perbedaan yang jelas antara meiosis dan    mitosis. Pasangan kromosom homolog itu disebut bivalen.
c.       Diduga kromosom homolog berdekatan satu dengan yang lain selama interfase. Replikasi DNA terjadi selama interfase dan terbentuk kromatid. Pada leptoten terbentuk serabut protein sebagai elemen lateral yang kemudian melekat pada kromatid. Struktur ini disebut synaptinemal kompleks. Ternyata elemen lateral ini saling menarik dan melekatkan kromosom menjadi satu.
d.      Sinapsis ini memungkinkan pertukaran bahan genetik dari kromosom induk dan kromosom bapak.
                    
                    Gambar Tahap Zigoten


3.      Tahap pakhiten
Tahap pakhiten merupakan tahap akhir dari proses berpasangan. Pada tahap ini terjadi prosesproses berikut:
a.       Kromosom makin pendek karena makin berpilin.
b.      Masing-masing bivalen menjadi dua dan terlihat empat benang yang disebut tetrad.
c.       Terjadi pindah silang dengan pertukaran timbal balik antara bagian kromosom homolog. Beberapa sintesis DNA tetap berlangsung yang mungkin ada hubungannya dengan pindah silang.
                            Gambar Tahap Pakhiten

4.      Tahap Diploten
Pada tahap diploten terjadi proses kromosom yang berpasangan mulai memisah. Pada tahap ini terjadi proses-proses antara lain:
a.       pemendekan kromosom berlangsung terus.
b.      mulai terjadi pemisahan pasangan kromosom.
c.       bukti terjadinya pindah silang ialah pembentukan kiasma yang terlihat sebagai bentuk silang dari lengan kromosom, pemisahan gen terdapat pada kromosom yang sama.
d.      synaptinemal kompleks kemudian terlepas dari kromatid.
                                                Gambar Tahap Diploten

5.      Tahap Diakines
Pada tahap diakinesis terjadi proses-proses berikut:
a.       Pemendekan kromosom mendekati maksimum.
b.      Kiasmata mendekati ujung dan jumlahnya makin berkurang.
c.       Benang gelendong mulai terbentuk dan selaput inti mulai hilang.
                                             Gambar Tahap Diakines

b.            Tahap Metafase I
Pada tahap metafase terjadi proses-proses berikut.
1.      Benang gelendong menjadi teratur dan beberapa benang melekat pada sentromer.
2.      Sentromer dari bivalen terdapat pada bidang metafase yang merupakan pasangan kromosom, bukan merupakan kromosom tunggal seperti pada metafase dari mitosis.
3.      Berderetnya bivalen ini secara rambang, dalam hubungannya dengan kromosom yang berasal dari pihak ayah dan pihak ibu. Pengaturan kromosom pada metafase ini adalah akibat pengaruh genetik.

c.       Tahap Anafase I
Pada tahap anafase I terjadi tahap-tahap berikut.
1.      Pemisahan kromosom homolog selesai kemudian kromosom bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Sentromer tidak membelah dan bagian kromosom yang tertukar bergerak bersama di mana bagian itu baru saja melekat. Masing-masing kromosom sekarang mempunyai dua kromatid.
2.       Pengaturan kromosom homolog dan perpindahannya ke arah kutub benang gelendong ini secara kebetulan dan merupakan dasar hukum pemisahan bebas dan segresi dari Mendel. Apabila gen dominan dan resesif pada satu pasang kromosom homolog diberi simbol A dan a, maka gen-gen ini akan memisah ke kutub yang berlawanan. Apabila gen dominan dan resesif pada satu pasang kromosom homolog lain diberi simbol B dan b, maka kedua pasang gen itu akan memisah secara bebas.

d.            Telofase I
1.      Telofase merupakan tahap yang terjadi proses-proses berikut :
Telah terjadi reduksi jumlah kromosom (haploid). Masing-masing kromosom ini terdiri dari dua kromatid.
2.      Tahap ini sangat berbeda-beda antara spesies satu dengan yang lain. Pada beberapa sel tanaman terbentuk selaput inti dan nukleolus muncul kembali, sedang pada yang lain tidak terbentuk selaput inti. Replikasi DNA tidak terjadi lagi, tetapi sintesis protein dapat berlangsung terus.
Tahap pembelahan meiosis II terdiri atas tahap-tahap berikut:
a.            Profase II
Pada tahap profase II terjadi proses-proses antara lain:
1.   kromosom menjadi pendek dan tebal kemudian menjadi kelihatan lagi;
2.   kromosom-kromoson ini mulai bergerak ke bidang metafase.
b.            Tahap Metafase II
Pada tahap metafase II ini terjadi proses-proses antara lain:
1.   kromosom kelihatan, terdiri atas dua kromatid;
2.   penyebaran kromatid ke arah kutub secara rambang;
3.  sentromer melekat pada benang gelendong;
4    sentromer mulai membelah.
c.             Tahap Anafase II
Pada tahap anafase II ini terjadi proses antara lain:
1.  sentromer dari masing-masing kromosom telah membelah dan kromatid telah memisah dan menjadi satu kromosom;
2.  kromosom baru itu bergerak menuju kutub.
d.            Tahap Telofase II
Pada tahap telofase II ini terjadi proses antara lain:
1. selaput inti terbentuk mengelilingi empat hasil pembelahan;
2.  bentuk kromosom tidak jelas;
3.  masing-masing inti mengandung satu anggota dari pasangan   kromosom, keadaan haploid;
4.  terjadi modifikasi sel lebih lanjut untuk menghasilkan gamet.


Gambar-gambar proses msiosis I dan II rujukan dari internet
                                   
1. Interfase (G1, S, G2)
                                             2. Profase I


                        
3. Profase I
                                                        4. Profase I:  Cromosómas Homólogos
          seaparean (tétradas).

                           
5. Profase I: 
                                                                          6. Profase I
.
                        
7. Metafase I
                                                              8. Anafase I





                                   
9. Telofase I
                                                               10. Interfase
                                                                                           .

                        
             11. Profase 2                                                                 12. Profase 2 


                        
13. Metafase 2.  .
                                                             14. Anafase 2.  
.

15. Telofase 2.

C.    Alat dan Bahan

1.      Mikroskop          2.  Asetocarmyne        3. Kaca Preparat          4.Kaca Penutup

           
5. Silet                      6.Lampu spirtus          7. Korek                      8. Scalpel
      
9. Pinset                             10. Bunga Bawang (Allium sp)
              










D.    LangkahKerja :
1.      Kuncup bunga berbagai ukuran dari Allium sp. di fiksasi dengan larutan farmer selama 24 jam
2.      Simpan kuncup bunga tersebut didalam kaca arloji (3 buah) kemudian tambahkan asam asetat 1M dan tunggu selama 30 menit
                 
3.      Setelah itu, buka kuncup bunga dan ambil antheranya, pindahkan ke kaca obyek.
4.      Tetesi dengan acetocarmine dan lakukan diatas nyala api lampu spirtus (jangan sampai mendidih), bila perlu tambahkan lagi acetocarmine nya (jangan sampai kering)
5.      Tutup sediaan tersebut dengan kaca penutup dan squash atau tekan sambil didorong ibu jari.
6.      Amati dengan mikroskop sampai perbesaran maksimum untuk setiap ukuran bunga.






E.     Hasil Pengamatan
   Telofase II (10X40/0,65)

F.     Pembahasan
           Pada tahap awal praktikum, sediaan kuncup bunga bawang direndam dengan larutan farmer yang bertujuan untuk menghentikan proses pembelahan meiosis agar kromosom dapat diamati saat bunga itu dipetik atau pada saat sel telur diambil (proses fiksasi). Lalu fungsi dari alcohol 70% adalah untuk mempertahankan kondisi benang sari dan asam asetat berfungsi untuk melunakan dinding sel agar mudah diamati serta pewarna acetocarmine yang berfungsi agar preparat mudah untuk diamati tahap demi tahapnya.
           Pada praktikum meiosis ini digunakan bunga bawang karena bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Berikut klasifikasinya:
Tanaman bawang merah (Allium cepa  L.)
Kingdom
 :Plantae
Subkingdom
:Tracheobionta
Superdivisio
:Spermatophyta
Divisio
:Magnoliophyta
Klas
:Liliopsida
Sub-klas
:Liliidae
Ordo
:Liliales
Familia
Genus
:Allium 
Spesies
:Allium cepa  L. var. aggregatum

            Berdasarkan hasil pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa 10X40/0,65 maka diperoleh hasil seperti pada gambar diatas yaitu tahap Telofase II, hal ini ditunjukan dengan kromatid yang sampai di kutub telah berubah menjadi benang-benang kromatin, membrane inti dan nucleolus terbentuk kembali, berlangsungnya sitokinesis II yaitu pada bidang pembelahan terbentuk sekat yang membagi sitoplasma menjadi dua bagian (terbentuknya dinding inti) dan diakhiri dengan terbentuknya 4 sel anak yang jumlah kromosomnya setengah dari sel induk (haploid) yang berbeda secara genetik. Dapat dibandingkan tahapan telofase II yang kami dapat dari hasil praktikum dengan rujukan gambar dari internet, terlihat gambar yang hampir sama.
Agar lebih memahami materi, pembahasan selanjutnya adalah gametogenesis. Gametogenesis adalah pembelahan meiosis yang menghasilkan sel-sel kelamin (gamet). Gametogenesis yang terjadi pada sel hewan dan manusia dikenal sebagai spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sel sperma. Spermatogenesis menghasilkan 4 sel sperma dari 4 sel anakan pembelahan meiosis. Oogenesis hanya menghasilkan 1 sel telur dari 4 kemungkinan sel anakan. Dalam hal ini, 3 sel anakan lainnya mengalami degenerasi dan hancur. Gametogenesis pada sel tumbuhan dikenal sebagai mikrosporogenesis (proses pembentukan sel kelamin jantan) dan makrosporogenesis (proses pembentukan sel kelamin betina).
Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan serbuk sari (mikrospora) di dalam kepala sari (anthera). Di dalam kepala sari terdapat sel induk serbuk sari yang diploid (2n).Sel induk serbuk sari ini disebut mikrosporosit. Sel induk serbuk sari mengalami pembelahan meiosis menghasilkan empat mikrospora yang bersifat haploid (n) dan masih menyatu. Sedangkan megasporogenesis adalah proses pembentukan kandung lembaga di dalam bakal biji (ovulum). Di dalam bakal biji terdapat sebuah sel induk megaspora yang bersifat diploid. Induk megaspora ini disebut megasporosit. Di dalam bakal biji, sel induk mengalami meiosis sehingga menghasilkan empat megaspora yang masing-masing haploid.

Pembelahan meiosis ini menjadi penting karena dapat mempertahankan jumlah kromosom suatu individu tetap diploid. Artinya, ketika terjadi peleburan sel kelamin jantan dan betina yang masing-masingnya haploid, akan terbentuk individu diploid. Hasil akhir dari meiosis biasanya tidak langsung berupa gamet, melainkan memerlukan sedikit waktu untuk berkembangn menjadi gamet. Proses ini disebut maturasi. 
Kami merasa hasil yang kami dapatkan pada praktikum ini tidak maksimal walaupun kami mendapatkan hasil telofase II karena seharusnya tahapan demi tahapan dapat kami amati dengan baik agar kami bisa lebih memahami materi ini. Ketidaksempurnaan hasil yang didapat pada praktikum ini sangat dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya alat-alat yang digunakan dan proses pembuatan squash yang tidak maksimal. Waktu pengambilan sampel juga berpengaruh terhadap fase yang akandiamati. Jika sampel diambil beberapa menit atau detik sebelum melakukan praktikum kemugkinanfase akan lebih mudah untuk dilihat karena proses metabolisme. Namun jika pengambilan sampel dilakukan dalam waktu yang lama sebelum praktikum dilakukan, misalnya pengambilan saat pagi hari sedangkan praktikum dimulai siang hari, kemungkinan proses metabolisme sel sudah terhenti sehingga sel tersebut mati. Jika demikian pada saat praktikum fase yang dicari tidak dapat ditemukan karena sel sudah mati. Keberhasilan pengamatan mikroskopis tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jaringan yang digunakan (lebih baik menggunakan jaringan yang muda), stadia pembelahan (gunakan jaringan meristem yang selalu membelah), mekanisme pewarnaan (menggunakan acetocarmine dengan konsentrasi yang berbeda), serta tebal tipisnya preparat. Kami masih dalam tahap pembelajaran, akan terus berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi tujuan praktikum tersebut.




G.    Pertanyaan dan Tugas (diskusi)
1.      Gambarkan masing-masing tahapan meiosis sesuai pengamatan saudara.
           
Jawab: Telofase II
2.      Pada tahap mana terjadinya fase leptonema, pachynema, diplonema, dan diakinesis?
Jawab : Pada tahap profase I
3.      Apa perbedaan leptonema dengan pachynema?
Jawab :
·         Leptonema : Kromosom mulai tampak makin jelas sebagai benang panjang dengan penebalan pada beberapa tempat karena kromomer (chromommer). Kromosom terdiri atas 2 kromatid yang belum tampak dengan Mikroskop Cahaya.
·         Pachynema : Pasangan kromosom sudah sempurna kemudian diikuti oleh kontraksi hingga kromosom memendek dan tampak lebih tebal. Walaupun pada tahap ini sudah mulai tampak kromatid, tetapi inti sel tampak secara keseluruhan memiliki setengah jumlah kromosom semula. Namun demikian “Khromosom” masing-masing memiliki 2 buah sentromer. Pada tahap ini terjadi pertukaran segmen kromatid dari kromosom-homolog ( crossing over). Pachynema merupakan tahapan yang paling lama dalam profase bahkan dapat berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu atau bertahun-tahun.

4.      Dapatkah saudara melihat adanya chromomere pada leptonema?
Jawab : Kami tidak dapat melihat suatu kromomer pada tahap leptonema, karena mikroskop yang kelompok kami gunakan hanyalah sebatas mikroskop cahaya dengan bantuan cahaya lampu, sedangkan suatu kromomer terletak di dalam kromosom yang hanya bisa terlihat dengan bantuan mikroskop electron.

5.      Selama tahapan mana saja saudara dapat mengamati nukleolus?
Jawab : Idealnya nucleolus dapat terlihat Pada fase profase I ( tahap laptoten, zigoten, pakiten, diploten ) dan pada tahap diakinesis nucleolus dan membrane nucleus mulai menghilang.

6.      Dapatkah saudara mengamati chiasmata pada saat diplonema dan diakinesis?
Jawab : Pada tahap diplonema dan diakinesis kromosom homolog terlihat saling menjauhi, saat kromosom homolog menjauh, terjadi perlekatan berbentuk x pada suatu tempat tertentu di kromosom yang disebut kiasma (jamak=kiasmata). Kiasma merupakan bentuk persilangan dua dari empat kromatid suatu kromosom dengan pasangan kromosom homolognya. Kiasma juga merupakan tempata terjadinya peristiwa pindah silang (criossing over) pada kromosom. Pindah silang terjadi selama profase meiosis I.

7.      Berapa jumlah tetrad saat diakinesis?
Jawab :  Terdapat 2 (dua) tetrad

8.      Apakah perbedaan metafase I dan metafase II? Juga anafase I dengan anafase II?
Jawab :
·         Metafase I
Selaput inti menghilang, serat gelondong terbentuk anatara kedua pasang sentriol, yang terdiri dari: mikrotubuli dan mikrofilia. Kromosom (berpasangan homolog) bergerak ke bidang ekuator.
·         Metafase II
Serat gelondong terbentuk antara pasangan sentriol. Kromosom (sepasang kromatid) yang menggatung pada serat gelondong lewat sentromer pindah ke bidang equator.
·         Anafase I
Sel memanjang dari kutub ke kutub. Kromosom homolog berpisah ke kutub berseberangan dan kromatid belum terbentuk.
·         Anafase II
Sel memanjang dari kutub ke kutub menurut poros serat gelondong. Sentromer pada setiap pasangan kromatid membelah sehingga kromatid bersaudara lepas. Kromatid berpisah dan bergerak ke kutub berseberangan.
9.      Keempat sel yang terbentuk hasil mikrosporogenesis ini disebut apa?
Jawab : Mikrospora ( Serbuk Sari ).

H.    Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada proses meiosis terjadi 2 kali pembelahan sel, yaitu Meiosis I dan Meiosis II, yang masing-masing disertai oleh tahapan profase, metafase, anafase, telofase. Meiosis I merupakan pembelahan reduksi (reductional division) karena terjadi pengurangan jumlah kromosom sedangkan meiosis II adalah pembelahan penyamaan (equational division) karena mengubah dua hasil dari pembelahan meiosis pertama menjadi 4 inti haploid..
2.    Mikrosporogenesis atau pembentukan serbuk sari terjadi setelah proses meiosis pada sel tercapai secara sempurna. Tahap yang mengakhiri proses meiosis tersebut adalah telofase II.
3.    Hasil pengamatan mendapatkan fase telofase II , pada tahap ini nuclei terbentuk pada kutub sel yang berlawanan, dan terjadi sitokinesis. Pada akhir sitokinesis terdapat 4 sel anak, masig-masing dengan jumlah haploid dari kromosom yang tidak direplikasi.
4.    Pembuatan sediaan(preparat) dengan metode squash atau menekan bahan yang akan digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis sehingga bagian sel yang ingin diamati terlihat dengan jelas.




Daftar Pustaka
Bandiati, Sri. 2007. Buku Ajar Genetika Ternak. Bandung : Sri Lestari Network.
Priadi, Arif. 2002. Biology 3. Bogor: Yudhistira.
Stent, S.Gunther. 1971. Molecular Genetics. USA: W.H. Freeman and Company.
Suryo. 2008. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryo. 2007. Sitogenetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Yatim, Wildan. 1969. Genetika. Bandung: Tarsito.
Julius, E.S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara.
http://www.slideworld.org/viewslides.aspx/History-of-Genetics-ppt-217962 (diakses pada 21 Agustus 2011)
http://bioweb.wku.edu/faculty/bowker/120/mitosis.html(diakses pada 23 Februari 2011)
http://science.pppst.com/dna.html (diakses pada 21 Agustus 2011)
http://people.pppst.com/gregor-mendel.html (diakses pada 21 Agustus 2011)
http://www.hobart.k12.in.us/jkousen/Biology/mendel.htm (diakses pada 21 Agustus 2011)
http://www.pbs.org/wgbh/nova/body/how-cells-divide.html# (diakses pada 22 Agustus 2011)
http://nusiati.files.wordpress.com/2008/06/microsoft-word-mitosis.pdf (diakses pada 22 Agustus 2011)